melihatmu menyusuri lorong itu
membawa langkah-langkah melodi
suara yang menghantarku pada sebuah mimpi surya
dimana para gembala setia meniup sulingnya
di balik rerumputan
ilalang yang memanjang menggelora
engkau siratkan surat untukku
sebuah teka teki yang ingin kusimpul
namun risalah hati ini
kala engkau melukis senyum
menyibak pita suaramu dalam satu kata
ah! engkau merunduk malu
(apalagi aku)
luluh menyatu dengan tanah lahirku
di saat kita bertemu lagi di suatu persimpangan
kita saling membaca mekar layar
menikmati wangi acara talkshow: laut korupsi dan ikannya
aku mengutuk dalam hening
sedang kau menyalak pada udara kosong
tentang tipu daya yang tersingkap gagah di layar televisi
lalu sayup senja mengalun…
kau ke kanan
aku ke kiri
(angkuh aku berpaling pada cakrawala bisu)
namun saat bayangmu lenyap
aku menoleh
menebak, mencari di lorong-lorong yang berkhianat
dan aku kantungkan janur yang kau tinggalkan
sebelum jalan makin bercabang
dan malam memanggilku pulang