HARI 1
Panji:
Bercanda dengan waktu
Kupecundangi ia dengan inginku
Kirana:
Aku melukis cintaku pada yang tak kelihatan
menertawakan mereka yang bersumpah pocong
dan pada berita-berita yang mengumbar kesurupan
HARI 12
Kirana (pada dirinya sendiri):
Aku menyumbat telingaku dengan lagu
Tersipu malu pada ia yang mengumbar kata
Kubiarkan ia pergi tanpa lambaian selamat tinggal
HARI 15
Panji (pada dirinya sendiri):
Ingat rumahku di ujung jalan
Merindu rembulan yang menanti di sana
Kuharap tidaklah ia lupakan aku meski egoisku memendam purnama
HARI 40
Panji (menembang):
Lihatlah, kekasih
Telingamu simaklah
Alam selalu bergolak tak betah dikungkung rangka manusia
Mengubur peri-peri di tanah
Membakar tangan-tangan yang menengadah pada Sang Omega
Tak lagi aku mengais warisan Alpha
Eden tinggal kenangan
Bagai bayang oase di ujung horizon
Makin didekati, makin jauh
Makin didamba, ia pergi
Saat-saat ini aku membawa potretmu
Dalam pertemuan setarik nafas, selalu kau oleskan zaitun pada tubuhku
Memberi kelembutan pada kerasnya ingin
Mengusap hangat gigilnya jiwa
Mungkin saat kamboja gugurkan daunnya
Aku akan pulang ke pangkuanmu
Namun sisi waktu seringlah memberi khianat
Tubuh terperangkap lalap kemangi
Janji diinterupsi kepentingan
Namun ingatlah
Walau wangi silih berganti
dalam mimpiku, kaulah bunganya
Harum sukmamu akan menuntunku
Laksana bulan menerangi tinta malam
pandu sang pengelana yang tersesat
untuk kembali pada keindahan
Sayup-sayup angan menyelusupi nadi kita
terdengar gemerisik sungai
lantunan tembang perjumpaan
gairah kasih
mengenal diri dari kehidupan yang lalu
sebelum dilahirkan dalam dunia fana
setelah menjemput lahan maut
Di balik kelir itu, kita memadu mesra
ciptakan kembali Firdaus di peraduan
dirasuki cinta yang menjanda
Sang Panji merindu Candrakirana
Desert Moon Drawing by Brent Ander, courtesy of fineartamerica.com
>> Kirana (4)
<< Kirana (2)