kemarau pergi, hujan berlalu
wariskan anak kesayangannya
lahir dari nafas persinggungan
dari takhta tertinggi membelai yang merunduk hatinya
semakin lama tumbuhlah dewasa
yang tertawa, sekarang berencana
angin merantau di antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia
mengunjungi pulau-pulau yang kesepian
menjawab panggilan cinta
dari manusia-manusia yang bersembunyi di balik kelir Pandawa
sambil main gaple, menularkan dengki
memanjang-manjangkan waktu
menipu malam
agar permainan terus berlangsung
dari gaple jadi dadu
dari dadu jadi roulette
dari roulette jadi kaliber
dari kaliber jadi kejang
dari kejang jadi stroke
dari stroke jadi mampus
kemudian angin bertanya pada matahari, “Di mana?”
“Di situ”, jawabnya
“Di mana?”, tanyanya lagi
“Di situ?”
“Di mana?”
“Di situ”
“Di mana?!”
“Di situ!”
“???”
“???”
“?!!”
“??!”
“???”
“???”
“….”
“….”