aku kurung diriku dalam sangkar air
biar kudengar deburan ombak
geliat ikan-ikan sambut malam
tarian rumput dan dedaunan
anggukan Poseidon ‘tuk sambut purnama
ku berdiam diri dalam sangkar air
agar tiada siapapun saksikan gelombang jiwaku
yang terus bergolak
menggoncang karang-karang yang mereka taruh untukku
demi sebuah kebaikan yang pantas
betapa aku ingin lepas dari tubuhku
begitu berat kusandang ke-diri-anku
inginlah aku tembus batas-batas badanku
dengar denyut nafas sang Ibu
harmoni dengan irama nyanyianNya
cintaku bukan untuk dunia ini
cintaku bukan ingin tubuhku
bukan romansa dongeng-dongeng
bukan pengorbanan atas keegoisan
bukan cemburu dan murka diri
aku ingin bersatu dengan Ibuku
lahirkan lagi sukma-sukma baru
dan jadikan dunia ini baru
revolusi dunia
agar tiada lagi doa dan sumpah material
tiada lagi batas dan benci diri
tak akan terdengar lagi jeritan anak
di tengah malam syahdu
aku ingin dengar lagu-lagu pembebasan
lagu-lagu kesetiaan
penerimaan
keikhlasan
putus nafsu primal
dan capai kesadaran dalam cahaya
sekarang aku berlindung dalam gelap sangkar airku
biar aku dapat nyalakan
cahaya yang tersembunyi dalam diri
cahaya di luar mata
cahaya bukan dari nafsu peradaban
namun cahaya yang Ibuku titipkan padaku
supaya kunyalakan saat gelap menjalar hati
gema-gema kuharap kau sampaikan pesanku
bahwa perlindungan sudah tiba
dan kehancuran peradaban telah dekat
titik nol terjadilah
damai nyatalah
masyarakat utopia realita
berikanlah nafasmu untuk kebangkitan
dalam pembebasan
cahayaku harap kau terangi hatiku
agar saat aku keluar nanti
aku tidak lupa padamu
pada doa janji dan harap
impian lekat dengan nyata dan hidup,
tekuri it kadang, dulu
salam !
tanpa impian, hidup bukanlah hidup, hanya mekanisme mati tanpa arti.
indahnya hidup, impian bisa jadi nyata, lewat harap, doa, dan usaha.
thanks ya 🙂