lingga-lingga tak bertepi
membangun sebuah jaman
membeli waktu seakan waktu adalah perjanjian
pemekaran cinta dan asa kau jadikan dasar
bagi pengucapan bakti setia
di mana lidah-lidah api menggelayut di tepi sungai
siap mengantarkan maksud pada laut Agni
jiwa-jiwa berseru
waktu sudah tak lama lagi
sebuah bentuk cinta menunggu di selasaran angin
di peraduan Bunda Sri
kau mencabik-cabik nyawa seorang petani kebebasan
dan kau ambil bulir-bulir mereka untuk nafasmu
dunia dan akhirat menunggu
agar jiwa-jiwamu kembali
mencari akar setiamu
di pangkuan seorang gadis yang tak bisa kau jamah
dan apakah kau tahu kalau setengah wajahku adalah perempuan?
kita boleh mengadu jaman pada tinta-tinta keemasan
di balik lembayung senja
akan kau temukan sebuah pelangi pembalikan
pada kebenaran dan kata-kata yang kau dengar
bukan dari ego
namun dalam nafsu yang kau kekang bagi Sang Surya
lingga-linggamu hanya akan jadi tempat peristirahatan
jiwa-jiwa yang kelelahan
yang merusak jaman dengan gelak tawa musiman
gada punggawa alam
akan kutiupkan pada Sang Kesuburan
dan akan kucabut jirah-jirahmu
seperti pula akan kutanggalkan gusi-gusi ompongmu
untuk kuberikan pada sebuah penciptaan baru
pralambang suci dan mudarat
seperti mata koin yang akan abadi selamanya