mahkota siapa yang hendak kau cari
dan kau balur dengan saputangan air matamu
kalau kau hidup dalam hari-hari
yang berlalu seperti angin
yang kau buang untuk asap
dan kematian-kematian kecil
setiap hari
kami mati
setiap hari
kami bangun dalam mati
dan mati lagi
karena duka kami
untuk anak-anak yang menjerit
dalam gorong-gorong
cakrawala kami cuka kami
sida-sida kami mengiris-ngiris kaki
membungkus kami dengan kenangan
sisa-sisa keyakinan
dan kejayaan hidup
enam puluh empat tahun kami berdoa
inilah jawab atas segala asa
hidup kami pakta perdamaian
yang kau lirik dengan abu-abu
dan air laut yang tak kesampaian
hingga kau menangis
ketika dunia mengguncang
dan kau menyebut nama-nama kami
saat itu maaf kami sudahlah
biar Pencipta kami yang beri putusan
akan kami simpan dalam hati
puing-puing peradaban
dan kami gariskan dalam sebuah kitab
tentang kejatuhan sebuah bangsa
karena jurang kosong kami
kegelapan kami
anugerah terindah untuk kami
dihadiahkan
dan kami beri pita
dengan tangis dan peluh kami
kami akan terus bersuara
bungkam kami kekosongan dalam dirimu
cinta kami pengharapanmu
lidah kami pembebasan
sumpah kami mendidihkan darahmu
jiwa kami menyulut jiwamu
daging kami membalut tulang-tulangmu
karena kami anak-anak kehidupan
bukan budak-budak pendambaan
kami memberi persembahan
bukan mengais-ngais
Tuhan kami Tuhan yang mencambuk
Tuhan kami Tuhan cinta
ke dalam sukmaNya
kami akan hidup dan mati
di antara celah sisi jaman
yang luput oleh mata yang mati
kami dengar dengan suara kami
kami adalah cacing-cacing perdamaian
yang merayap di antara naas dan kebutaan
jiwa-jiwa kami melepuh oleh suka dan duka
mengelilingi angkasa yang kasat mata
karena penderitaan adalah ibu kami
luka adalah ayah kami
dan cinta adalah anak-anaknya