lima dua satu
berpacu terus di antara deru nafas putus-putus, berpadu bagai olesan simfoni di atas roti tawar tanpa kulit. ketawa-ketawa memberi makan burung-burung gereja yang hendak pergi empat puluh dua menit lagi. duduk menanti kabar yang tertahan dari ratu lebah, janji yang tertunda. melamun hampir tidur karena bosan merundung asa. kala surya meneriakkan namaku, aku mungkin ada di pinggir pantai, menjejak dalam pasir, menghirup bau laut, mengumpulkan kulit-kulit kerang lalu kujalin jadi kalung, yang akan kupakai ketika lampu-lampu kota padam di suatu malam, sebab kemarau memaksa turbin hingga lelah.
aku ingin melompat sampai bisa menyentuh bintang. aku ingin sinarnya ada padaku. aku ingin menyelinap di antara ruang waktu dan jiwa, menanam mawar putih yang seharusnya kutanam. dingin beku di atas kolam es, aku ingin melebur bersama saat burung-burung bernyanyi, semi tiba.
kopiku keburu dingin, aku harus benar-benar tidur sekarang