aku menyayangimu, sahabatku, kakakku, ayahku, kekasih platonisku. sempat tumbuh dalam hati dan pikirku, bahwa aku mencintaimu dengan impian kemesraan bak kekasih yang baru saja berjalan dalam asmara, seperti dongeng-dongeng yang dibacakan ibuku sewaktu aku masih menyusu. saat hujan mengalungi hati, kau biarkan aku melebur dalam hangat jiwamu dan manis bibirmu.
mengapa aku seakan hilang ketika waktu memisahkan kita?
habis. titik-titik lagi.