sebentar aku lupa waktu, lupa segalanya karena aku bidah, menurut hasrat ragawi, menemukan kehangatan di rapat tubuh-tubuh terlarang. aku mencari kebahagiaan tanpa membutuhkan keindahan-keindahan ala wonderland. aku pelacur tanpa uang-uang yang biasa diselip di antara buah dada. mataku bukanlah matamu, dan tak bisa kau lihat apa yang kulihat. tapi aku tak berharap kau tahu apalagi paham.
ilusi membabi buta, menjaring jeroan jadi gincu, permata jadi bangkai.
pagi tiba, dan dunia disepuh emas, kembali berkarat.