Kanda, Dinda mau pulang.
Dinda sudah lelah berlayar ke sana kemari mencari kotak kebahagiaan.
Tulang-tulang Dinda rapuh dan lemah.
Dinda butuh tempat berlabuh dan pikiran Dinda tertuju pada Kanda.
Kanda sayang,
hati Dinda juga merindu rumah kita dulu.
Tempat kita berdua merajut kehidupan dari dua gulungan benang lusuh.
Di kamar kita, jiwa kita bertaut.
Dan saat itulah kehidupan berikan sentuhan magisnya.
Warnai kisah cinta dengan corak baru.
Setiap sudut rumah saksi kasih kita berdua.
Entah mengapa aku lupakan itu semua,
terbius iming-iming dunia,
meninggalkanmu dan rumah kita,
luntang-lantung di jalan,
mencari apa yang sebenarnya telah kumiliki.
Kanda, Dinda kangen kamu.
Ketika Dinda tulis surat ini,
masihkah Kanda di rumah kita?
Ketika Dinda berdiri di depan rumah kita,
masihkan Kanda mau menerima Dinda kembali?
Membuka pintu sebelum Dinda sempat mengetuk,
seperti dulu kala Dinda mencari hujan?
Hujan yang telah pertemukan kita berdua.
Jiwa yang sesat, saling menumpu harapan.
Kanda,
ketika Kanda membaca surat ini,
tengoklah ke jendela depan.
Dinda pasti di sana, membawa buah kasih kita berdua.
Kanda…